Dunia Seni Rupa Anak-anak (+Remaja)
DUNIA
SENI RUPA ANAK-ANAK (+REMAJA)
Menggambar
adalah membuat gambar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencoret, menggores,
menorehkan benda tajam ke benda lain dan memberi warna, sehingga menimbulkan
gambar. Menggambar untuk siswa, kemudian kita menyuruh menggambar apa saja yang
bisa mereka gambar, setelah sekian periode misalnya 2 atau 3 bulan, kita lihat
apa saja perubahannya.
Yang jelas ketika anak menggambar kalau misalnya
kita periksa ada kondisi-kondisi tertentu yang sama dan juga ada kondisi-kondisi
yang berbeda, salah satu yang sama dan yang mungkin akan kita temukan di gambar
anak-anak adalah gambar gunung kembar istilahnya yang mungkin dibawahnya ada
yang menggambar jalan, perahu, rumah, tiang listrik, rumput dan lain-lain.
Gambar seperti ini banyak ditemukan dalam semua karya anak-anak Indonesia.
Kalau kita melihat karya anak-anak diluar Indonesia seperti singapura kemudian
Malaysia bapak jajang sempat memeriksa gambar anak-anak yang ada di malaysia
dan gambarnya tidak sejelas gambar anak-anak Indonesia. Gambar gunung memang
ada namun tidak terlalu jelas dalam
karya anak-anak Malaysia ataupun singapura, tidak seperti gambar anak-anak Indonesia
yang gambarnya sangat jelas. Itu yang menjadi pertanyaan besar. Apakah gambar
gunung adalah ciri-ciri utama anak Indonesia, kalau memang ciri-ciri utama anak
Indonesia kapan gamabr itu mucul?
ketika anak-anak belum sekolah biasanya anak-anak
suka menggambar macam-macam bentuk, tapi ketika anak-anak mulai masuk sekolah
kita perlu memeriksa diawal mulai sekolah dengan tes menggambar, karena
menggambar sudah menjadi alat tes yang relif dalam melihat kondisi anak, apakah
anak itu sehat, apakah anak itu pintar, atau yang lainnya.
Misalnya ada anak yang menggambar pohon yang sangat
besar kemudian ada sebuah tali besar yang didikatkan pada pohon, kemudian yang
diikat adalah seekor anjing kecil. Setelah anak yang menggambar itu ditanya
mengapa anjing itu diikat dengan tali yang besar dan di pohon yang besar,
ternyata anak itu sangat takut dengan anjing oleh karena itu anak tersebut
menggambar anjing diikat di pohon yang besar dan dengan tali yang besar agar
tidak bisa dilepas oleh anjing dan aman, jadi gamabar itu sebenarnya adalah
gambaran sebuah rasa ketakutan, atau kebahagiaan dan sebagainya jadi jangan lupa
karena gambar adalah bahasa visual sama dengan bahasa lisan, da ini yang perlu
disetujui oleh ahli bahasa, padahal bahasa itu ada bahasa visual, lisan dan
tulisan. Yang paling banyak diteliti dan dianggap sebagai sesuatu yang penting
adalah bahasa lisan. Ketika anak mulai belajar belajar ngomong “ba bi bu” dst.
Kalau semisal ada orang yang mempunyai anak dan mulut anak itu mulai berbunyi
bahagianya bukan main. Padahal yang diucapkan mungkin tidak menggambarkan
sesuatu namun hanya latian koordinasi alat-alat ucapnya saja. Nah ketika anak
belajar mencorat coret itu adalah bahasa anak untuk menginformasikan kinginan,
kekesalan, kesukaan dan sebagainya yang dianggap bermasalah. Bahkan dirumah
dianggap kotor kalau dicorat coret oleh anak-anak. Tapi dilapangan ada sejumlah
orang yang justru membiarkan rumahnya di penuhi dengan tulisan dan corat coret
gambar yang dibuat oleh anak-anak, dan ternyata ketika diberi kesempatan
mencorat-coret ditempat yang menurut mereka menyenangkan anak-anak tidak akan
merusak benda-benda yang lain. Tetapi kalau anak-anak dihalangi untuk tidak
mencorat-coret maka akan mencari tempat yang lain yang biasanya bisa digunakan
untuk kesenangan mencorat coret. Anak-anak yang tidak bahagia dalam masa
kecilnya bisa kita lihat yang membuat graffiti di pinggir jalan dan di tembok
orang, memang itu adalah tanda-tanda keremajaan tetapi paling tidak yang dibuat
gambar graffiti itu kan tembok orang, kecuali kalau misalnya tembok itu milik
kampus dan kampus itu memberikan izin, dan memberikan dan untuk membat gambar
ditembok tersebut. Dan anak-anak yang suka mencorat coret dijalan itu yang
perlu dipertanyakan apakah masa kecilnya dalam bahasa visualnya sempat
terhambat.
Diluar gambar ini sangat menarik karena belum banyak
deteliti oleh orang. Karena memungkinkan pola-pola kegiatan yang diluar agak
berbeda. Oleh karena itu yang diteliti oleh para ahli itu adalah hanya sebuah
gambar, karena gambar itu mempunyai pola dan ada sesuatu yang mirip. Anak-anak
Indonesia jika diberi kesempatan menggambar, mereka pasti menggambar gunung
kembar dengan ber bagai aksesoris seperti: di sisi kiri dan kanan jalan
biasanya diisi jejeran pohon atau tiang listrik yang menampakkan kesan jarak,
dimensi, jauh-dekat. Penyeimbang ruang kiri dan kanan bidang gambar bawah yang telah
dibatasi gambar jalan, biasanya diisi tiruan bentuk sawah datar penuh padi yang
baru ditanam. Anak-anak usia usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar, normal
maupun anak luar biasa (anak slow learner maupun imbesil sekalipun) bisa
ditemukan menggunakan format gambar tadi. Jelas hal tadi tidak bisa di sebut
sebagai archetype gambar anak-anak Indonesia. Penurunan dari guru, orang tua,
maupun teman sebaya, tampaknya lebih nalar jika ditunjuk sebagai sumber
pengaruh terhadap kesukaan anak-anak Indonesia dalam meniru format gambar
“gunung-kembar”.
Komentar
Posting Komentar