Gunung Kembar

GAMBAR DENGAN POLA GUNUNG KEMBAR

Pola gambar gunung kembar menjadi fenomena yang menarik sebagai bahan kajian dalam membahas gambar karya anak-anak indonesia. pola seperti in yang bisa mewarni selalu muncul dalam gambar buatan anak-anak di manapun anak-anak itu tinggal. Pengaruh lingkungan yang selama ini di tunjuk sebagai kekuatan yang bisa mewarnai kegiatan menggambar anak-anak, ternyata tidak semuanya bisa di buktikan. Ada seuatu yang jelas menjadi penanda munculnya gambar pola gunung kembar, yaitu ketika anak-anak mulai berhubunganbdengan orang lain.
Lukisan gunung kembar yang di tengahnya ada  matahari kemudian ada beberapa  gambar burung terbang dihiasi dengan hamparan sawah dan jalan sampai saat ini maih menjadi topick karya lukis anak-anak Indonesia. Karya seperti gunung kembar itu muncul dari era 40-an. Namun gambar seperti itu banyak di temukan mulai dari anak TK hingga orang dewasa. Gambar gunung kembar seperti ini sudah bejalan lama dan meluas hingga di pelosok nusantara.  Salah satu alas an mengapa anak selalu menggambar gunung kembar yaitu karena anak-anak memiliki daya ingat yang tinggi, maka dari itu anak disebut dengan peniru ulung. Kreasi mereka dalam melukis gunung kembar  tidak lepas dari guru yang mendoktrin untuk menggambar melalui apa yang di contohkan di papan tulis bukan sesuai imajinasi anak-anak. Guru yang memiliki masa kecil seperti itu mencoba mentranformasikan apa yang sudah di dapat kepada anak didiknya sehingga hal ini akan terus berkesinambungan dari generasi ke generasi.
Lukisan gunung kembar sebenarnya bukan pola gambar tradisional kita, namun masih menjadi tradisi turun temurun di balik lunturnya budaya-budaya lain. Eksisnya lukisan gunung kembar karena praktek yang dilakukan berulang-ulang di bangku sekolah.  Pola gunung kembar selalu muncul dalam gambar yang di buat oleh anak-anak Indonesia. Yang membedakan pada gambar gunung kembar yaitu hiasan seperti jalan, swah, pohon kelapa, rumah, pagar dan masih banyak.

            Contoh gambar gunung kembar dengan aneka variasinya :


Sebuah kondisi umum yang banyak di temukan dalam gambar anak-anak TK,SD, SMP bahkan SMA dengan pola gunung kembar adalah 2 bidang yang luas dan sulit ditaklukkan oleh anak-anak. Pola gambar tersebut menyisakan sebuah ruang bidang gambar yang pembuatannnya bisa di bilang cukup melelahkan. Seorang yang membuat pola tersebut harus berpikir bagaimana cara mengisi lahan luas didepan penggambar hingga ujung kaki gunung. Seorang yang menggambar hal tersebut sadar bahwa antara gunung dengan penggambar ada jarak yang lumyan luas, amat jauh, dan memaksa penggambar harus bekerja keras untuk mengisikan objek dalam dua bagian lahan tadi.
Sebuah pemecahan masalah yang sering ditemukan adalah, setelah membuat jalan lurus atau berkelok  dan diberikan hiasan seperti batu atau pagar di pinggirnya(gamabar jalan seperti ini adalah bagian wajib dalam pola gambar Gunung kembar) Sedangkan untuk mengisi bidang kiri dengan gambar petak-petak sawah atau sebuah lading yang di penuhi dengan pohon ke dan lapa atau pohon sawit, dan disebalah kanan dengan ruang berair seperti danau atau laut.
Bagi anak-anak TK dan SD yang kelas 4 kebawah kondisi tersebut tidak terlalu memberatkan, anak-anak tersebut pasti akan mengisi petak tersebut dengan satu rumah pohon besar, satu orang dan vas bunga. Tetapi bagi anak SD kelas 5 dan 6 apalagi anak SMP  dan SMA. Merka akan merasa terbebani oleh keharusan mengisi ruang dengan berbagai objek yang rassional. Beban inilah yang kerap dikeluhkan oleh anak-anak dan remaja yang sejak awal hanya bisa menggambar mengikuti pola Gunung Kembar.
Anak-anak yang memiliki pola pikir teori gambar perspektif, diantaranya bisa mengatasi bebrapa kendala pola gambar gunung kembar. Misalnya mereka menemukan bahwa objek yang dekat  dengan penggambar ukurannya lebih besar, sehingga bisa menuutp sebagian ruang gambar. Sementara gambar objek lainnya jauh dari penggambar di buat dengan ukuran yang lebih kecil, dan sebagian terhalang objek yang lebih dekat dengan posisinya. Objek di susun bersaf saling menghalangi, ada juga yang menemukan cara “perebahan” yang khas.
Seperti contoh, ketika seorang anak membuat gambar objek jalan, maka di sampan jalan itu akan di buat juga gambar pohon, tiang listrik atau rumah dan objek lainnya di rebahkan kearah sisi jalan yang berbeda (kekiri dan kekanan). Jika anak menggambar kendaraan juga bisa digambar rebah kea rah kiri atau kanan. Dan yang lebih unik yaitu ketika ada gambar sebuah lapangan atau kolam dengan dasar gambar segi empat, objek-objek digambarkan rebah keempat arah sisi bentuk segi empat. Namun anak dan remaja biasanya mengalami kesulitan karena mereka menggunakan pola gambar perspektif burung, dan semua objek digambar dengan posisi penggambar dari arah atas.
Pola yang sering ditemui sebagai bentuk penaklukan ruangan perspektif pada anak dan remaja adalah pola susun yang bisa digunakan dalam lukisan tradisoal. Objek disusun berderet kea rah bidang atas. Objek yang jauh di tempatkan lebih di atas.
Yang perlu diperhatikan oleh guru dan orang tua adalah beban berat yang di hadapi anak-anak ketika mereka telah sangat kuat terkait pola gambar “gunung kembar”. anak-anak menghadapi bidang gambar yang harus diisi begitu banyak objek, sementara anak-anak memiliki keterbatasan imajinasi. Jalan keluar untuk menghadapi masalah seperti ini adalah dengan cara mengenalkan pola perspektif objek, bahwa benda-benda yang ada di alam tidak berposisi semuanya. Objek-objek selalu menempati ruang yang berbeda. Contoh : ajak anak-anak untuk melihat langsung benda-benda sebenarnya yang ada dialam. Karena menggambar alam sebaiknya melihat alamnya secara langsung. Menggambar dengan menggunakan imajinasi semata sering berbentrokan dengan pertimbangan rasio. Pertimbangan rasio itulah yang sering memebebani anak-anak dan remaja. Apalagi jika beban ditambah oleh pernyataan dan pertanyaan guru atau orang tua “Seperti : kog gambarnya gitu? Mengapa tidak begini dan begitu?!”.
Tegalan yang luas, dalam pola gambar “gunung kembar”, menjadi beban tersendiri bagi anak-anak yang telah di “kuasai” pertimbangan rasionya

Bagian lahan berair menjadi pilihan yang dianggap ‘aman’ untuk mengisi ruang gambar yang luas, di samping tegalan yang tak rimbun.

Imajinasi tentang gunung kembar disertai haparan sawah dan matahari terbit di otak anak-anak Indonesia ternyata bukan khayalan semata. Gunung kembar itu memang benar-benar ada dan hampir 100% indentik dengan hasil gunung embar anak-anak. Penggambaran gunung kembar ini aslinya adalah “Gunung Kembar SuSi”. Maksud dari Gunung Kembar Susi ini adalah singkatan dari dua Gunung Sumbing dan Gunung Sindro (SuSi) yang berdempetan dan terletak di jawa tengah.
Gunung Sumbing (3.340 mdpl) itu sendiri lokasinya berada di wilayah administrasi Kabupaten Temanggung. Sementara Gunung Sindoro (3.155 mdpl) berada di antara dua wilayah administrasi, yakni Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Gambar dua gunung dengan dinaungi langit dan awan-awan berbagai bentuk, serta hamparan sawah memiliki warga yang “dibelah” sebuah jalan. Gambar tersebut persis dengan imajinasi anak-anak TK atau SD.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model Pembelajaran Klasikal dan Individual

Kolase dan Montase Untuk Ana

Cetak Datar, Tinggi, Saring/Sablon, Kayu